15 Maret – 7 April 2013
/pameran-with-press/bale-tonggoh-selasar-sunaryo-art-space
Galeri Foto Jurnalistik Antara (GFJA) bekerja sama dengan Bale Tonggoh - Selasar Sunaryo Art Space (SSAS) mempersembahkan pameran foto dan peluncuran buku kompilasi foto karya Julian Sihombing (Alm) dengan tajuk “Julian Sihombing: reMASTERed Edition”. Sebagai rangkaian dari program Goethe-Institut Indonesien, ”Photobook Exhibition”, pameran ini memamerkan beberapa karya foto terpilih dari koleksi foto yang dimuat dalam buku kompilasi karya almarhum yang berjudul ”JULIAN SIHOMBING: remastered edition” (196 halaman, hardcover tanpa jacket). Adapun buku ”JULIAN SHOMBING: remastered edition” ini merupakan edisi kedua dari buku fotografi jurnalistik pertamanya, ”Split Moments, Split Seconds” (Gramedia, 224 halaman, 2010) dari maestro foto jurnalistik Indonesia ini. Dalam buku edisi kedua ini, 15 fotografer Indonesia menuliskan testimoni mereka atas refleksi tentang hubungan persahabatan dan profesionalisme antara mereka dan Julian disertai dengan satu karya foto yang disertakan dalam setiap testimoninya. Penerbitan buku foto JULIAN SIHOMBING: remastered edition ini, adalah proyek idealis yang sepenuhnya merupakan sumbangan pemikiran dan karya dari para fotografer, kurator, desainer dan tim produksi tanpa dipungut biaya sepeserpun. Melalui buku sederhana ini, akhirnya dapat diluncurkan perwakilan jagad fotografer Indonesia untuk seluas-luasnya. Sehingga dapat dinikmati oleh masyarakat luas yang mencintai kekuatan fotografi jurnalistik, sekaligus sisi lain dari karya fotografi sang maestro. Kehadiran buku foto ini adalah untuk mengabadikan jiwa yang terkasih, Julian Sihombing.
Galeri Foto Jurnalistik Antara (GFJA) bekerja sama dengan Bale Tonggoh - Selasar Sunaryo Art Space (SSAS) mempersembahkan pameran foto dan peluncuran buku kompilasi foto karya Julian Sihombing (Alm) dengan tajuk “Julian Sihombing: reMASTERed Edition”. Sebagai rangkaian dari program Goethe-Institut Indonesien, ”Photobook Exhibition”, pameran ini memamerkan beberapa karya foto terpilih dari koleksi foto yang dimuat dalam buku kompilasi karya almarhum yang berjudul ”JULIAN SIHOMBING: remastered edition” (196 halaman, hardcover tanpa jacket). Adapun buku ”JULIAN SHOMBING: remastered edition” ini merupakan edisi kedua dari buku fotografi jurnalistik pertamanya, ”Split Moments, Split Seconds” (Gramedia, 224 halaman, 2010) dari maestro foto jurnalistik Indonesia ini. Dalam buku edisi kedua ini, 15 fotografer Indonesia menuliskan testimoni mereka atas refleksi tentang hubungan persahabatan dan profesionalisme antara mereka dan Julian disertai dengan satu karya foto yang disertakan dalam setiap testimoninya. Penerbitan buku foto JULIAN SIHOMBING: remastered edition ini, adalah proyek idealis yang sepenuhnya merupakan sumbangan pemikiran dan karya dari para fotografer, kurator, desainer dan tim produksi tanpa dipungut biaya sepeserpun. Melalui buku sederhana ini, akhirnya dapat diluncurkan perwakilan jagad fotografer Indonesia untuk seluas-luasnya. Sehingga dapat dinikmati oleh masyarakat luas yang mencintai kekuatan fotografi jurnalistik, sekaligus sisi lain dari karya fotografi sang maestro. Kehadiran buku foto ini adalah untuk mengabadikan jiwa yang terkasih, Julian Sihombing.
""Para fotografer media yang kerap bersama Julian di lapangan dimasa silam diwakili oleh Yudhi Soerjoatmodjo, Saptono Soemardjo, Eddy Hasby, Agus Susanto, Beawiharta, Arbain Rambey, Kemal Jufri, Lasti Kurnia dan Oscar Motuloh. Selain ke-15 testimoni dari para kontributor di atas, terdapat juga refleksi representasi karya foto dari Jay Subyakto, Anton Rex Montol, Benny Soetrisno, John Suryaatmadja, Enrico Soekarno. Serta tidak ketinggalan foto istimewa dari mendiang Anto Soehardjan, yang masih berkesempatan untuk mengirimkan sehelai imaji demi persahatan sejati mereka. Refleksi representatsi karya ini merupakan kontribusi dari pihak sahabat-sahabat Julian yang dikenal dengan nama informal ”MAEN”.""
Sunaryo lahir di Banyumas, 15 Mei 1943. Setelah lulus dari Studio Seni Patung, Departemen Seni Murni, Fakultas Seni Rupa dan Desain, ITB, Bandung. Setelah itu Sunaryo mengajar di almameternya hingga 2008. Ia memulai karirnya sebagai seniman pada akhir dasawarsa 60-an. Pada 1975 Sunaryo meneruskan studinya di Carrara, Italia, untuk mendalami teknik pahat marmer.
For more information, please contact: