
11 November 2023 – 23 Februari 2024
/pameran-with-press/ruang-a%2C-ruang-b%2C-ruang-sayap%2C-bale-tonggoh-ssas
Pameran SEPEREMPAT ABAD berupaya menandai waktu sebagai kekuatan yang bergerak tanpa jeda, yang, meski tak berwujud, mampu mengatur berbagai gagasan dan tindakan. Ini adalah sebuah marka waktu, yang melaluinya Selasar Sunaryo Art Space (SSAS) memaknai kembali dan memproyeksikan gerak hidupnya ke dalam cita-cita tentang keteraturan dan struktur. SEPEREMPAT ABAD adalah tentang perjalanan dan peralihan. Di sini, karya-karya Sunaryo bersanding dengan dua presentasi tunggal lain, masing-masing oleh Arin Dwihartanto Sunaryo dan Syagini Ratna Wulan. Dalam Et Cetera, Sunaryo menyajikan sepilihan karya, lama dan baru, seperti tengah membaca kembali jejak-jejak perjalanannya sendiri sebagai seniman. Instalasi ini membongkar batas antara bagian 'dalam' dan 'luar' bangunan Ruang A. Di beranda belakang, ia membenamkan potongan batang pohon dengan ranting-ranting berpucuk jamak ke sebuah dinding bangunan, menandai arah gerak kesenian SSAS yang terus masih akan terus tumbuh. Arin di pihak lain, melalui Base Matters, memindahkan laboratoriumnya ke Bale Tonggoh, membuka kemungkinan-kemungkinan artistik baru melalui aktivasi dan interaksi dengan pengunjung. Sementara Syagini, dalam Collected Fictions, menata Ruang Sayap bagaikan suatu gerai yang menyajikan berbagai kode pan-sensoris yang terakumulasi dari pengalaman dan pengetahuannya berkiprah di dunia seni. Tidak ada tema khusus yang mengikat ketiga pameran ini, kecuali bahwa Arin dan Syagini adalah dua orang seniman yang tengah menerima tongkat estafet kepemimpinan SSAS dari Sunaryo.
Pameran SEPEREMPAT ABAD berupaya menandai waktu sebagai kekuatan yang bergerak tanpa jeda, yang, meski tak berwujud, mampu mengatur berbagai gagasan dan tindakan. Ini adalah sebuah marka waktu, yang melaluinya Selasar Sunaryo Art Space (SSAS) memaknai kembali dan memproyeksikan gerak hidupnya ke dalam cita-cita tentang keteraturan dan struktur. SEPEREMPAT ABAD adalah tentang perjalanan dan peralihan. Di sini, karya-karya Sunaryo bersanding dengan dua presentasi tunggal lain, masing-masing oleh Arin Dwihartanto Sunaryo dan Syagini Ratna Wulan. Dalam Et Cetera, Sunaryo menyajikan sepilihan karya, lama dan baru, seperti tengah membaca kembali jejak-jejak perjalanannya sendiri sebagai seniman. Instalasi ini membongkar batas antara bagian 'dalam' dan 'luar' bangunan Ruang A. Di beranda belakang, ia membenamkan potongan batang pohon dengan ranting-ranting berpucuk jamak ke sebuah dinding bangunan, menandai arah gerak kesenian SSAS yang terus masih akan terus tumbuh. Arin di pihak lain, melalui Base Matters, memindahkan laboratoriumnya ke Bale Tonggoh, membuka kemungkinan-kemungkinan artistik baru melalui aktivasi dan interaksi dengan pengunjung. Sementara Syagini, dalam Collected Fictions, menata Ruang Sayap bagaikan suatu gerai yang menyajikan berbagai kode pan-sensoris yang terakumulasi dari pengalaman dan pengetahuannya berkiprah di dunia seni. Tidak ada tema khusus yang mengikat ketiga pameran ini, kecuali bahwa Arin dan Syagini adalah dua orang seniman yang tengah menerima tongkat estafet kepemimpinan SSAS dari Sunaryo.

""Dua puluh lima tahun silam, Sunaryo memulai SSAS bagaikan sebuah iterasi artistik. Bermodal mimpi menjadikan Bandung sebuah kancah seni yang hidup, ia menjalankan ruang ini dengan segala kegigihan dan keswadayaan yang sangat 'khas seniman'. Tahun demi tahun, kegiatan demi kegiatan pun berjalan dengan dukungan berbagai pihak: para seniman, pihak swasta dan pemerintah. Dengan pameran-pameran seni rupa sebagai menu utama, ratusan program telah berlangsung. Meski tak pernah tanpa sandungan, perlahan-lahan SSAS menemukan bentuknya sebagai ruang khalayak, di mana beragam ekspresi kesenian dijunjung tinggi dan disajikan sebagai wahana pertukaran nilai dan pengetahuan.""




Sunaryo lahir di Banyumas, 15 Mei 1943. Setelah lulus dari Studio Seni Patung, Departemen Seni Murni, Fakultas Seni Rupa dan Desain, ITB, Bandung. Setelah itu Sunaryo mengajar di almameternya hingga 2008. Ia memulai karirnya sebagai seniman pada akhir dasawarsa 60-an. Pada 1975 Sunaryo meneruskan studinya di Carrara, Italia, untuk mendalami teknik pahat marmer.
For more information, please contact: